Click Here For Free Blog Templates!!!
Blogaholic Designs

Pages

Welcome To My Blog

http://tutorialterkini.blogspot.com/2013/02/animasi-cinta-bergerak-download-kata.html
Rabu, 01 April 2015


 MODEL TPS
A.    Pengertian Metode Think Pair and Share
Dalam  Nurhadi  (2005:  120),  Frank  Lyman  (1981)  think  pair  share merupakan metode pembelajaran  yang dapat mengaktifkan seluruh siswa selama proses pembelajaran dan memberikan kesempatan untuk bekeja sama antar siswa yang  mempunyai  kemampuan  heterogen.  Dikemukakan  oleh  Lie  (2002:56) bahwa, “think  pair  share  adalah pembelajaran  yang memberi siswa kesempatan untuk  bekerja  sendiri  dan  bekerjasama  dengan  orang  lain.  Think  pair share memiliki  prosedur  secara  eksplisit  dapat  memberi  siswa  waktu  lebih banyak  untuk  berpikir,  menjawab,  saling  membantu  satu  sama  lain  (Ibrahim, 2007:10)  dengan  cara  ini  diharapkan  siswa  mampu  bekerja  sama,  saling membutuhkan  dan  saling  bergantung  pada  kelompok-kelompok  kecil  secara kooperatif. Model pembelajaran  kooperatif   tipe   think  pair  share  merupakan  salah satu  model  pembelajaran  kooperatif  yang  mampu  mengubah  asumsi  bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting  kelompok secara keseluruhan.  Karakteristik  model  think  pair  share  siswa  dibimbing  secara mandiri,  berpasangan,  dan  saling  berbagi  untuk  menyelesaikan  permasalahan.
Model ini selain diharapkan dapat menjembatani dan mengarahkan proses belajar mengajar  juga  mempunyai  dampak  lain  yang  sangat  bermanfaat  bagi  siswa.
Beberapa  akibat  yang  dapat  ditimbulkan  dari  model  ini  adalah  siswa  dapat berkomunikasi  secara  langsung  oleh  individu  lain  yang  dapat  saling  memberi informasi  dan  bertukar  pikiran  serta  mampu  berlatih  untuk  mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.
Pembelajaran  think  pair  share  dapat  mengembangkan  kemampuan mengungkapkan  ide  atau  gagasan  dengan  kata-kata  secara  verbal  dan membandingkan  ide-idenya  dengan  orang  lain.  Membantu  siswa  untuk  respek pada  orang  lain  dan  menyadari  akan  segala  keterbatasannya  serta  menerima segala perbedaan. Siswa dapat mengembangkan  kemampuan untuk menguji ide dan  pemahamannya  sendiri  dan  menerima  umpan  balik.  Interaksi  yang  terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang.
Dari  berbagai  pendapat  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  model pembelajaran  kooperatif  tipe  think  pair  share  adalah  model  pembelajaran  yangdapat mengaktifkan seluruh kelas karena siswa diberi kesempatan bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain  dalam kelompok kecil  sehingga  membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan dan  siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.
Peningkatan penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran dilalui dengan tiga proses tahapan yaitu melalui proses thinking (berpikir) siswa diajak untuk merespon, berpikir dan mencari jawaban atas pertanyaan guru, melalui proses pairing (berpasangan) siswa diajak untuk bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk bersama-sama menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru. Terakhir melalui tahap sharing (berbagi) siswa diajak untuk mampu membagi hasil diskusi kepada teman dalam satu kelas. Jadi melalui metode Think  Pair  Share  ini  penguasaan  isi  akademis  siswa  terhadap  materi pelajaran dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
  1. Karakteristik Model Pembelajaraan Kooperatif Think Pair Share
Dinamakan TPS berdasarkan tahap utama dalam langkah-langkah yang ada pada saat pelaksanaannya (National Science Institute for Education, 1997), yaitu tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu langkah Think (berpikir), Pair (berpasangan), dan Share (berbagi).
Think (berpikir). Pada langkah ini, pertama-tama guru memancing siswa melalui suatu pertanyaan permasalahan. Di sini, guru mengajak siswa untuk berpikir mengenai permasalahan tersebut untuk beberapa saat.
Pair (berpasangan). Pada langkah ini, siswa dapat mencari teman berpasangan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan tadi. Siswa dapat berpasangan dengan teman sebangkunya untuk lebih mengefektifkan  waktu selama pembelajaran. Di sini, pasangan dapat saling bertukar ide atau pendapat guna memperoleh pemecahan masalah yang terbaik menurut keduanya.
Share (berbagi). Pada langkah ini, tiap-tiap pasangan dapat membagikan
hasil pemikiran mereka kepada teman lain dan kelas. Teknisnya, guru dapat memanggil tiap pasangan ke depan kelas untuk berbagi solusi, mendatangi tiap pasangan, atau mempersilahkan tiap pasangan yang mengajukan diri, dan lainnya.

Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa
waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama
lain (Ibrahim dalam Estiti, 2007:10). Pada tahap Think, terdapat “wait or
think time” yakni waktu berpikir. Maksudnya, siswa diberi waktu terlebih
dahulu untuk memikirkan dan memahami permasalahan yang diberikan.
Waktu tersebut diharapkan dapat dapat digunakan oleh siswa untuk
mencari solusi permasalahan yang diberikan berdasarkan pemikiran
mereka sendiri. Dengan adanya waktu berpikir ini tentu saja dapat
meningkatkan kreatifitas siswa dalam berpikir dan mengungkapkan
pendapatnya. Namun perlu diingat, waktu berpikir ini sebaiknya diberikan
dengan batasan yang tidak terlalu lama agar siswa dapat lebih cekatan
dalam berpikir dan dapat segera bertukar pikiran dengan sesama siswa lain
seperti yang terdapat pada langkah berikutnya dari model ini.
Setelah siswa memperoleh solusi versi mereka masing-masing dalam
waktu berpikir tersebut, mereka akan dipasangkan dengan siswa lainnya
pada tahap pair.
Di sini, mereka dapat saling bertukar pikiran dan pendapat guna
memperoleh solusi terbaik dari keduanya.  Selanjutnya, guru akan kembali
membimbing siswa untuk memasuki diskusi kelas pada tahap Share. Tiap
pasangan akan mempresentasikan solusi yang telah mereka peroleh pada
saat berpasangan. Dengan adanya “pasangan”, siswa tidak akan merasa
malu lagi dalam mengungkapkan pendapatnya ketika jawaban dari solusi
permasalahan yang mereka utarakan dirasa belum memenuhi.
Mereka tidak akan takut salah karena mereka merasa dapat berbagi “rasa
malu” yang mungkin timbul. Pada tahap Share ini juga dapat
menyadarkan siswa bahwa seringkali pendapat mereka yang pada awalnya
mereka anggap salah, ternyata tidak salah sama sekali. Dengan kata lain,
secara tidak langsung dapat menumbuhkan keberanian siswa dalam
berkomunikasi di depan kelas. Dengan cara ini diharapkan siswa mampu
bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok
kelompok kecil secara kooperatif. Keunggulan dan teknik ini adalah
optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali
lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan
partisipasi mereka kepada orang lain (Isjoni, 2006).


  1. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaraan Kooperatif Think Pair Share
-          Kelebihan:
1.      Siswa dapat merumuskan dan mengajukan pertanyaan yang diajarkan
2.      Siswa terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk memecahkan masalah.
3.      Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok.
4.      Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
5.      Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
6.      Dapat meningkatkan pasrtisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga interaksi belajar lebih mudah dilaksanakan
7.      Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok
8.      Dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik
-          Kelemahan:
1.      Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir  sistematik.
2.      Lebih sedikit ide yang masuk.
3.      Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok
yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.
  1. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Pembelajaraan Kooperatif Think Pair Share
1.      Pendahuluan 
Pada tahap ini, guru menyampaikan pertanyaan yang merupakan permasalahan. Tahap ini dimulai dengan guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
2.      Think
Pada tahap ini, siswa dituntut berpikir secara individual. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikirannya masing-masing. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
3.      Pair
Selanjutnya, setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS berupa kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok.
4.      Share
Pada langkah ini, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil kelompoknya. Areans, (1997) disandur Tjokrodihardjo, (2003).
5.      Evaluasi
Langkah akhirnya yaitu menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan penguatan terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.  Dalam hal peran guru dalam mengajar dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan oleh guru selama model diterapkan. Langkah-langkah penyelenggaraan model diskusi Think-Pair-Share dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tahap
Kegiatan guru
Tahap 1 menyampaikan tujuan
dan mengatur siswa

  1. Menyampaikan pendahuluan,
a.       motivasi,
b.      menyampaikan tujuan dasar diskusi
c.       apersepsi;
  1. Menjelaskan tujuan diskusi,
Tahap 2 mengarahkan diskusi
  1. Mengajukan pertanyaan   awal/permasalahan;
  2. Modeling
Tahap 3  menyelenggarakan
diskusi

  1. Membimbing/mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri (think);
  2. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berpasangan (pair);
  3. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berbagi (share);
  4. Menerapkan waktu tunggu;
  5. Membimbing kegiatan siswa,
Tahap 4 mengakhiri diskusi
Menutup diskusi.
Tahap 5 melakukan Tanya
jawab singkat tentang proses
diskusi
Membantu siswa membuat rangkuman
diskusi dengan Tanya jawab singkat
Sumber: Tjokrodihardjo, (2003)





A.    Metode Pembelajaran Kooperatif TAI
Pembelajarn Kooperatif adalah metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling membantu, kelompok yang dibentuk terdiri dari 4-5 siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda – beda (Huda, 2011: 32). Sedangkan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individulaization) adalah salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan individu, dimana individu – individu tersebut memiliki kemampuan yang berbeda–beda dan dijadikan dalam suatu kelompok kecil. Dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 orang dan dengan kemampuan yang heterogen tersebut, diharapkan antar individu dapat saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. TAI pertama kali diprakarsai oleh Robert E. Slavin yang merupakan perpaduan antara pembelajaran kooperatif dan pengajaran individual.
Metode TAI merupakan metode pengajaran secara kelompok dimana terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Pada pengajaran TAI akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif.
        Menurut Sharan (2009; dalam Nugroho), “TAI dikembangkan untuk beberapa alasan. Pertama, berharap agar TAI menyediakan cara penggabungan kekuatan motivasi dan bantuan teman sekelas pada pembelajaran kooperatif dengan program pengajaran individual yang mampu memberi semua peserta didik materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dalam bidang matematika dan memungkinkan mereka untuk memulai materi-materi ini berdasarkan kemampuan mereka sendiri. Kedua, mengembangkan TAI untuk menerapkan teknik pembelajaran kooperatif untuk memecahkan banyak masalah pengajaran individual”.
      Ciri – ciri dari pembelajaran dengan metode TAI adalah:
1.      Siswa aktif (Stahl, 1994). Siswa belajar secara individual mempelajari materi yang telah disiapkan oleh guru.
2.      Hasil belajar individual akan dibawa ke dalam kelompok masing – masing untuk dibahas dan didiskusikan bersama anggota kelompok.
3.      Semua anggota kelompok saling berdiskusi, saling memeriksa pekerjaan dan bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban yang telah dikerjakan.
4.      Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok, menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman satu kelompok, berdiskusi, dan menghargai pendapat teman lain.
5.      Setiap anggota dalam kelompok memiliki tugas yang sama, karena keberhasilan kelompok sangat diperhatikan.
6.      Belajar bersama dengan teman,
7.      Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman
8.      Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok
9.      Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
10.  Belajar dalam kelompok kecil

Metode pembelajaran kooperatif TAI terdiri dari beberapa komponen. Menurut Murtadlo (2005: 54 – 55) ada 8 komponen yang menjadi bagian dari metode TAI ini, komponen ituadalah  sebagai berikut :
1.      Teams yaitu pembentukan kelompok yang heterogen yang terdiri atas 4–6 siswa. Dalam kelompok tersebut, setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan kemampuannya.
2.      Placement test yaitu memberikan pre-test kepada siswa agar guru mengetahui kemampuan siswa dalam bidang tertentu dan hasil ini juga dijadikan acuan dalam pengelompokan. Selain dengan pretest, hasil test yang sebelumnya juga bisa dipakai sebagai dasar pengelompokan.
3.      Student creative yaitu siswa terlebih dahulu mambaca dan memahami materi pelajan sebelum masuk dalam kelompok dan mendiskusikan materi pelajaran tersebut.
4.      Team study yaitu tindakan guru yang memberikan seperangkat pembelajaran (seperti uraian materi) agar dipelajari dan dibahas dalam kelompok masing – masing. Siswa sebaiknya menanyakan pada teman satu kelompok dahulu apabila ada materi yang belum dipahami sebelum bertanya kepada guru.
5.       Team scores yaitu pemberian skor terhadap hasil belajar siswa dan penghargaan kepada kelompok yang berhasil dan kelompok yang kurang berhasil.
6.      Teaching Group yaitu pemberian materi singkat dari guru sebelum guru memberikan materi kepada siswa.
7.      Facts test yaitu pelaksanaan tes kecil untuk mengukur kemampuan siswa setelah diberikan materi. Tes ini diberikan pada akhir pembelajaran.
8.      Team Score dan Team Recognition yaitu guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan “gelar” penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Misalnya dengan menyebut mereka sebagai “kelompok OK”, kelompok LUAR BIASA”, dan sebagainya.
9.      Whole class unit yaitu adanya diskusi kelas, kemudian tiap kelompok mengirimkan perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilaksanakan. Pada saat ada kelompok yang mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, tugas dari kelompok lain adalah menanggapi. Setelah hasil kerja kelompok dipresentasikan, tugas guru adalah mengevaluasi dan membenahi jawaban dari kelompok tersebut.
B.     Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam Team Assisted Individualization (Robert E. Slavin:1995) adalah sebagai berikut.
1.      Team (kelompok) Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta didik dengan kemampuan yang berbeda.
2.      Tes Penempatan : Peserta didik diberi pre tes di awal pertemuan, kemudian peserta didik ditempatkan sesuai dengan nilai yang didapatkan dalam tes, sehingga didapatkan anggota yang heterogen (memiliki kemampuan berbeda) dalam kelompok.


C.    Alasan Slavin Mengembangkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Robert Slavin mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini di Johns Hopkins University bersama Nancy Madden dengan beberapa alasan, yaitu :
1.      Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual.
2.      Model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif.
3.      TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. 
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin untuk mata pelajaran matematika, khususnya untuk materi keterampilan-keterampilan berhitung (computation skills).

D.    Langkah-langkah (sintaks) MetodePembelajaranKooperatif TAI

Langkah-langkah Pembelajaran.
1.      Diawali dengan pengenalan konsep oleh guru dalam mengajar secara kelompok (diskusi singkat) dan memberikan langkahlangkah cara menyelesaikan masalah atau soal.
2.      Pemberian tes keterampilan yang terdiri dari 10 soal.
3.      Pemberian tes formatif yang terdiri dari dua paket soal, tes formatif A dan tes formatif B, masing-masing terdiri dari 8 soal.\4) Pemberian tes keseluruhan yang terdiri dari 10 soal.
4.      Pembahasan untuk tes keterampilan, tes formatif, dan tes keseluruhan.
5.      Belajar Kelompok
Berdasarkan tes penempatan, guru mengajarkan pelajaran pertama,kemudian peserta didik bekerja pada kelompok mereka masing masing. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1.      Peserta didik berpasangan atau bertiga dengan anggota kelompok mereka.
2.      Peserta didik diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) pembelajaran yang disiapkan guru untuk diskusi sebagai pemahaman konsep materi yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan bertanya pada teman sekelompok atau guru untuk minta bantuan jika mengalami kesulitan. Selanjutnya dimulai dengan tes pertama yaitu tes keterampilan.
3.      Masing-masing peserta didik dengan kemampuannya sendiri mengerjakan 3 soal tes keterampilan yang pertama, bila sudah selesai, peserta didik boleh melanjutkan 3 soal berikutnya. Begitu sudah selesai baru melanjutkan 4 soal terakhir. Peserta didik yang mengalami kesulitan bisa meminta bantuan pada teman sekelompoknya sebelum meminta bantuan guru.
4.      Apabila sudah bisa menyelesaikan soal tes keterampilan dengan benar, peserta didik bisa melanjutkan mengerjakan tes formatif A yang terdiri dari 8 soal. Dalam tes ini peserta didik juga bekerja sendiri-sendiri dulu sampai selesai. Jika peserta didik dapat mengerjakan 6 soal dengan benar, maka peserta didik tersebut bisa mengambil soal tes keseluruhan. Jika peserta didik tidak bisamenjawab 6 soal dengan benar, guru merespon dan menampung semua masalah yang dimiliki peserta didik. Guru boleh menyuruh peserta didik untuk bekerja kembali pada nomor-nomor soal tes keterampilan dan kemudian mengambil soal tes formatif B, yaitu 8 soal kedua yang isi dan tingkat kesulitannya sebanding dengan tes formatif A. Selanjutnya peserta didik boleh melanjutkan ke tes keseluruhan. Peserta didik tidak boleh mengambil soal tes keseluruhan sebelum dia bisa menyelesaikan tes formatif dengan kelompoknya.
5.      Peserta didik kemudian mengikuti tes keseluruhan. Tes ini merupakan tes terakhir dalam model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), yang terdiri dari 10 soal. Di sini peserta didik juga bekerja secara individu dulu sampai selesai. Setelah selesai baru bisa berdiskusi dengan kelompoknya. Setelah tes keseluruhan ini selesai kemudian dilakukan pembahasan dan penilaian bersama antara guru dan peserta didik.
6.      Penilaian kelompok
Pada akhir pertemuan, guru menghitung nilai dari masing-masing kelompok. Nilai ini berdasarkan pada jumlah rata-rata dari anggota masing-masing kelompok dan ketelitian dari tes keseluruhan. Kriteria pemberian predikat berdasarkan kemampuan kelompok. Kelompok dengan kemampuan bagus diberi predikat Super Team, kelompok dengan kemampuan sedang diberi predikat Great Team, kelompok dengan kemampuan kurang diberi predikat Good Team. Pemberian predikat ini bertujuan untuk memotivasi dan member semangat kepada masing-masing kelompokagar pada pada pembelajaranbselanjutnya mau berusaha untuk melakukan yang lebih baik lagi. 7) Mengajar kelompok Setiap pertemuan guru mengajar 10 sampai 15 menit untuk dua atau tiga kelompok yang mempunyai nilai yang sama. Guru menggunakan konsep belajar yang diprogramkan atau direncanakan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan konsep utama pada peserta didik. Pembelajaran dibuat untuk membantu peserta didik agar mengerti dan memahami hubungan antara matematika yang mereka pelajari dengan masalah kehidupan nyata. Ketika guru sedang mengajar dalam suatu kelompok, peserta didik lain melanjutkan bekerja dalam kelompok mereka sendiri dengan kemampuan individu masing-masing.

Fase
Penjelasan
Fase – 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan memotivasi siswa agar lebih giat dalam pembelajaran.
Fase – 2 : Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi dengan cara ceramah tentang pokok bahasan materi.
Fase – 3 : Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok – kelompok belajar
Guru membentuk kelompok, dimana kelompok tersebut terdiri dari siswa – siswa yang kemampuannya heterogen. Dasar penegelompokan adalah dengan melakukan placement test atau menggunakan data yang sudah ada sebelumnya.
Fase – 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru memberikan bimbingan seperlunya kepada masing – masing kelompok dan mengawasi jalannya diskusi.
Fase – 5 : Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari siswa.
Fase – 6 : Memberikan penghargaan
Guru mencari upaya yang berkaitan dengan penghargaan atas keberhasilan belajar siswa.

Penyusunan Kelompok pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Kelompok heterogen digunakan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction) karena beberapa alasan, yaitu :
1.       Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar melalui tutor sebaya (peer tutoring) dan saling mendukung
2.       Kelompok heterogen meningkatkan hubungan dan interaksi antar siswa walaupun berbeda ras, agama, etnik, dan gender
3.       Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena pada setiap kelompok terdapat siswa yang memiliki kemampuan akademis bagus, dengan demikian secara tidak langsung guru mendapatkan asisten-asistem mengajar untuk siswa-siswa lain yang berada di dalam kelompok yang sama. Kunci model pembelajaran kooperatif yang menggunakan tipe Team Assisted Individualization adalah penerapan bimbingan antar teman.


E.     Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif TAI           
Kelebihan metode pembelajaran TAI :
1.      Meningkatkan hasil belajar.
2.      Meningkatkan motivasi belajar pada siswa.
3.       Dapat membantu siswa yang lemah.
4.      Siswa diajarkan bekerjasama dalam suatu kelompok.
5.      Menimbulkan rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah.

Kekurangan metode pembelajaran TAI :
1.      Dibutuhkan waktu yang lama untuk membuat dan mengembangkan perangkat pembelajaran.
2.      Guru mengalami kesulitan dalam memberikan bimbingan pada siswa, karena dengan jumlah siswa yang banyak dalam kelas maka akan semakin banyak kelompok yang terbentuk.
3.       Tidak semua materi dapat diterapkan menggunakan metode pembelajaran TAI.
4.      Menimbulkan ketergantungan siswa, dimana siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan bergantung pada siswa yang pandai.
5.      Menimbulkan sikap pasif kepada siswa tertentu, karena dia hanya mengandalkan teman sekelompok dan tidak mau berusaha.
6.      Tidak ada persaingan antar kelompok
7.      Siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai.

F.     Uraian Singkat Pemecahan Masalah
      Kemampuan individu yang berbeda – beda bukanlah penghalang dari metode pembelajaran ini, karena pada dasarnya metode pembelajaran kooperatif  TAI ini justru lebih menekankan pada kemampuan individu itu sendiri. Dengan dibentuknya kelompok, diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuannya itu.Dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu dan yang tidak paham menjadi paham.
      Setelah guru memberikan gambaran materi, individu harus memahami materi itu terlebih dahulu setelah itu baru mendiskusikannya dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Sehingga setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan kemampuannya. Oleh karena itu, dengan metode pembelajaran kooperatif TAI ini diharapkan dapat memajukan prestasi siswa dalam pembelajaran.