MODEL TPS
A. Pengertian
Metode Think Pair and Share
Dalam Nurhadi
(2005: 120), Frank
Lyman (1981) think
pair share merupakan metode
pembelajaran yang dapat mengaktifkan
seluruh siswa selama proses pembelajaran dan memberikan kesempatan untuk bekeja
sama antar siswa yang mempunyai kemampuan
heterogen. Dikemukakan oleh
Lie (2002:56) bahwa, “think pair
share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja
sendiri dan bekerjasama
dengan orang lain.
Think pair share memiliki prosedur
secara eksplisit dapat
memberi siswa waktu
lebih banyak untuk berpikir,
menjawab, saling membantu
satu sama lain
(Ibrahim, 2007:10) dengan cara
ini diharapkan siswa
mampu bekerja sama,
saling membutuhkan dan saling
bergantung pada kelompok-kelompok kecil
secara kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
tipe think pair
share merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif
yang mampu mengubah
asumsi bahwa metode resitasi dan
diskusi perlu diselenggarakan dalam setting
kelompok secara keseluruhan.
Karakteristik model think
pair share siswa
dibimbing secara mandiri, berpasangan,
dan saling berbagi
untuk menyelesaikan permasalahan.
Model ini selain diharapkan dapat
menjembatani dan mengarahkan proses belajar mengajar juga
mempunyai dampak lain
yang sangat bermanfaat
bagi siswa.
Beberapa akibat
yang dapat ditimbulkan
dari model ini
adalah siswa dapat berkomunikasi secara
langsung oleh individu
lain yang dapat
saling memberi informasi dan
bertukar pikiran serta
mampu berlatih untuk
mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.
Pembelajaran think
pair share dapat
mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata
secara verbal dan membandingkan ide-idenya
dengan orang lain.
Membantu siswa untuk
respek pada orang lain
dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta
menerima segala perbedaan. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya
sendiri dan menerima
umpan balik. Interaksi
yang terjadi selama pembelajaran
dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir sehingga
bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang.
Dari
berbagai pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran
kooperatif tipe think
pair share adalah
model pembelajaran yangdapat mengaktifkan seluruh kelas karena
siswa diberi kesempatan bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok kecil sehingga
membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan dan siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.
Peningkatan penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran dilalui dengan tiga proses tahapan
yaitu melalui proses thinking
(berpikir) siswa diajak untuk merespon,
berpikir dan mencari jawaban atas pertanyaan guru, melalui proses pairing (berpasangan) siswa diajak
untuk bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk
bersama-sama menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru. Terakhir
melalui tahap sharing (berbagi) siswa diajak
untuk mampu membagi hasil diskusi
kepada teman dalam satu kelas. Jadi melalui
metode Think Pair Share
ini
penguasaan isi akademis siswa terhadap
materi pelajaran dapat meningkat
dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
- Karakteristik Model Pembelajaraan Kooperatif Think Pair Share
Dinamakan TPS berdasarkan tahap utama dalam langkah-langkah yang ada pada
saat pelaksanaannya (National Science Institute for Education, 1997),
yaitu tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu langkah
Think (berpikir), Pair (berpasangan), dan Share (berbagi).
Think (berpikir).
Pada langkah ini, pertama-tama guru memancing siswa melalui suatu pertanyaan
permasalahan. Di sini, guru mengajak siswa untuk berpikir mengenai permasalahan
tersebut untuk beberapa saat.
Pair (berpasangan).
Pada langkah ini, siswa dapat mencari teman berpasangan untuk memecahkan
permasalahan yang diberikan tadi. Siswa dapat berpasangan dengan teman
sebangkunya untuk lebih mengefektifkan
waktu selama pembelajaran. Di sini, pasangan dapat saling bertukar ide
atau pendapat guna memperoleh pemecahan masalah yang terbaik menurut keduanya.
Share (berbagi). Pada
langkah ini, tiap-tiap pasangan dapat membagikan
hasil pemikiran mereka kepada teman lain dan kelas. Teknisnya, guru dapat
memanggil tiap pasangan ke depan kelas untuk berbagi solusi, mendatangi tiap
pasangan, atau mempersilahkan tiap pasangan yang mengajukan diri, dan lainnya.
Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat
memberi siswa
waktu lebih banyak untuk berpikir,
menjawab, saling membantu satu sama
lain (Ibrahim dalam Estiti, 2007:10). Pada
tahap Think, terdapat “wait or
think time” yakni waktu berpikir. Maksudnya, siswa
diberi waktu terlebih
dahulu untuk memikirkan dan memahami
permasalahan yang diberikan.
Waktu tersebut diharapkan dapat dapat
digunakan oleh siswa untuk
mencari solusi permasalahan yang diberikan
berdasarkan pemikiran
mereka sendiri. Dengan adanya waktu
berpikir ini tentu saja dapat
meningkatkan kreatifitas siswa dalam
berpikir dan mengungkapkan
pendapatnya. Namun perlu diingat, waktu
berpikir ini sebaiknya diberikan
dengan batasan yang tidak terlalu lama
agar siswa dapat lebih cekatan
dalam berpikir dan dapat segera bertukar
pikiran dengan sesama siswa lain
seperti yang terdapat pada langkah
berikutnya dari model ini.
Setelah siswa memperoleh solusi versi
mereka masing-masing dalam
waktu berpikir tersebut, mereka akan
dipasangkan dengan siswa lainnya
pada tahap pair.
Di sini, mereka dapat saling bertukar
pikiran dan pendapat guna
memperoleh
solusi terbaik dari keduanya.
Selanjutnya, guru akan kembali
membimbing siswa
untuk memasuki diskusi kelas pada tahap Share. Tiap
pasangan akan
mempresentasikan solusi yang telah mereka peroleh pada
saat berpasangan.
Dengan adanya “pasangan”, siswa tidak akan merasa
malu lagi dalam
mengungkapkan pendapatnya ketika jawaban dari solusi
permasalahan
yang mereka utarakan dirasa belum memenuhi.
Mereka tidak
akan takut salah karena mereka merasa dapat berbagi “rasa
malu” yang
mungkin timbul. Pada tahap Share ini juga dapat
menyadarkan
siswa bahwa seringkali pendapat mereka yang pada awalnya
mereka anggap
salah, ternyata tidak salah sama sekali. Dengan kata lain,
secara tidak
langsung dapat menumbuhkan keberanian siswa dalam
berkomunikasi di
depan kelas. Dengan cara ini diharapkan siswa mampu
bekerja sama,
saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok
kelompok kecil
secara kooperatif. Keunggulan dan teknik ini adalah
optimalisasi
partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali
lebih banyak
kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan
partisipasi
mereka kepada orang lain (Isjoni, 2006).
- Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaraan Kooperatif Think Pair Share
-
Kelebihan:
1. Siswa dapat merumuskan dan mengajukan pertanyaan yang diajarkan
2. Siswa terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran
dengan temannya untuk memecahkan masalah.
3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam
kelompok.
4. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
5. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses
pembelajaran.
6. Dapat meningkatkan
pasrtisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga interaksi belajar lebih mudah
dilaksanakan
7. Lebih mudah dan
cepat membentuk kelompok
8. Dapat digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik
-
Kelemahan:
1. Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk
mengatur cara berpikir sistematik.
2. Lebih sedikit ide yang masuk.
3. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah
dari siswa dalam kelompok
yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.
- Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Pembelajaraan Kooperatif Think Pair Share
1. Pendahuluan
Pada tahap ini, guru menyampaikan pertanyaan yang merupakan permasalahan. Tahap
ini dimulai dengan guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran,
dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan
disampaikan.
2. Think
Pada tahap ini, siswa dituntut berpikir secara individual. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru.
Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil
pemikirannya masing-masing. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau
mengerjakan bukan bagian berpikir.
3. Pair
Selanjutnya, setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing
dengan pasangan. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau
paling meyakinkan. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan
jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila
suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Guru memotivasi siswa untuk aktif
dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS
berupa kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok.
4. Share
Pada langkah ini, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan
keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling
ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian
pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil kelompoknya. Areans, (1997)
disandur Tjokrodihardjo, (2003).
5. Evaluasi
Langkah akhirnya yaitu menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan penguatan terhadap hasil
pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan. Dalam hal peran guru dalam mengajar dapat dilihat
dari aktivitas yang dilakukan oleh guru selama model diterapkan. Langkah-langkah
penyelenggaraan model diskusi Think-Pair-Share dapat dilihat pada Tabel berikut.
|
Tahap
|
Kegiatan guru
|
|
Tahap 1 menyampaikan tujuan
dan mengatur siswa
|
a.
motivasi,
b.
menyampaikan
tujuan dasar diskusi
c.
apersepsi;
|
|
Tahap 2 mengarahkan diskusi
|
|
|
Tahap 3
menyelenggarakan
diskusi
|
|
|
Tahap 4 mengakhiri diskusi
|
Menutup diskusi.
|
|
Tahap 5 melakukan Tanya
jawab singkat tentang proses
diskusi
|
Membantu siswa membuat rangkuman
diskusi dengan Tanya jawab singkat
|
Sumber: Tjokrodihardjo, (2003)