ARTIKEL
PROVINSI SUMATERA UTARA (MEDAN)
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah IPS 2 yang dibina
oleh
DHINIATY GULARSO, S.SI, M.Pd.
Oleh:
Suryati (12144600122)
Kelas
A4-12
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PGRI YOGYAKARTA
2014
Ibu kota provinsi Sumatera Utara adalah Medan.
Provinsi Sumatera Utara (Medan) mempunyai wilayah seluas 70.687 km persegi.
Provinsi ini terkenal akan hasil-hasil pertaniannya. Penduduk asli provinsi ini
adalah suku/orang Batak.
A.
Kebudayaan suku Batak
Suku Batak
merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara.
Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa
suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur. Suku
bangsa yang dikategorikan ke dalam suku Batak yaitu Batak Toba, Batak Karo,
Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Mereka adalah
orang-orang kuat,cerdas, dan keras.mereka memiliki budaya yang kuat dan
mempunyai persatuan yang kokoh. Dimana pun orang batak berada mereka
selalu membentuk persatuan dan rasa solidaritas mereka sangat tinggi. Ini
karena kebudayaan batak yang mengajarkan seperti itu.Orang batak pun mempunyai
harga diri yang tinggi. Mereka tidak akan pernah mau mengemis untuk meminta sesuatu.
Mereka adalah pekerja keras. Mereka berani untuk mengadu nasib dikota besar.
Mereka mampu menguasai perekonomian suatu daerah. Dimana pun orang batak
tinggal, mereka pasti punya usaha untuk membangun dirianya agar lebih maju.
Perkawinan
dan Kekerabatan
Kebudayaan batak
khususnya perkawinan,memiliki tradisi yang kental.menurut tradisi perkawinan
budaya batak, orang batak hanya bisa menikah dengan orang batak yang berbeda
klan. Maksudnya, orang batak yang akan menikah harus mencari pasangan hidup
yang marganya berbeda. Namun, jika orang batak menikah dengan bukan orang batak,
dia harus terlebih dahulu diadopsi oleh suatu marga batak. Sementara itu, untuk
prosesi pernikahannya, menurut kebudayaan batak, pernikahan orang batak
dilakukan di gereja karena mayoritas suku batak beragama kristen. Dalam
pernikahan adat batak, seluruh warga mempelai menggunakan kain kebanggaan suku
batak, yaitu ulos. Dalam sistem kekerabatan budaya batak yang berdomisi
didaerah pedalaman atau daerah pedesaan disebut huta atau kuta. Penyebutan huta
atau kuta tersebut menurut istilah batak karo. Dalam kebudayaan batak, umumnya,
satu huta ditempati satu keluarga yang berasal dari marga yang sama. Selain
itu, adapula sistem kekerabatan lainnya, yaitu kelompok kekerabatan yang
disebut marga teneh . marga teneh adalah sekelompok pariteral yang merupakan
keturunan pendiri dari kuta. Marga itu terkait oleh simbol-simbol atau unsur-unsur
budaya batak, misalnya nama marga. Namun, bisa dikenali dari marga batak atau
nama belakang yang melekat pada orang tersebut
B.
Rumah Suku Batak
Pondasi
rumah adalah hal yang terpenting, dibuat dengan formasi berbentuk segi empat,
dipadu tiang dan dinding yang kuat. Makna dari pondasi ini sendiri adalah
saling bekerja sama demi memikul beban yang berat. Untuk bagian atas rumah,
ditopang oleh sebuah tiang yang biasa disebut tiang “ninggor” dibantu oleh kayu
penopang yang lain. Tiang “ninggor” ini lurus dan tinggi, orang suku Batak
memaknainya sebagai simbol kejujuran. Untuk menjunjung tinggi kejujuran, perlu
didukung oleh rasa keadilan (disimbolkan oleh kayu penopang pada “ninggor”). Di
bagian depan atap terdapat “arop-arop” bermakna harapan untuk bisa hidup layak.
Lalu ada “songsong boltok” untuk menahan atap, yang punya arti bila ada
pelayanan tuan rumah yang kurang baik sebaiknya dipendam dalam hati saja.
C.
Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh orang Batak adalah bahasa Batak.
Tapi sebagian juga ada yang menggunakan bahasa Melayu. Setiap puak memiliki
logat yang berbeda-beda. Orang Karo menggunakan Logat Karo, sementara logat
Pakpak dipakai oleh Batak Pakpak, logat Simalungun dipakai oleh Batak
Simalungun, dan logat Toba dipakai oleh orang Batak Toba, Angkola dan
Mandailing.
D.
Makanan khas Suku Batak
Saksang adalah masakan dari Suku Batak, selalu disajikan di acara-acara adat. Tradisionalnya saksang menggunakan daging babi dan darahnya sebagai salah satu bumbu pokoknya.
E.
Alat Musik Suku Batak
Musik
tradisi masyarakat Batak Toba disebut sebagai gondang. Ada tiga arti untuk kata
“gondang”: 1. Satu jenis musik tradisi Batak toba; 2. Komposisi yang ditemukan
dalam jenis musik tsb. (misalnya komposisi berjudul Gondang Mula-mula, Gondang
Haroharo dsb; dan 3. Alat musik “kendang”. Ada 2 ansambel musik gondang, yaitu
Gondang Sabangunan yang biasanya dimainkan diluar rumah dihalaman rumah; dan
gondang Hasapi yang biasanya dimainkan dalam rumah. Gondang Sabangunan terdiri
dari sarune bolon (sejenis alat tiup-“obo”), taganing (perlengkapan terdiri
dari lima kendang yang dikunci punya peran melodis dengan sarune tsb), gordang
(sebuah kendang besar yang menonjolkan irama ritme), empat gong yang disebut
ogung dan hesek sebuah alat perkusi (biasanya sebuah botol yang dipukul dengan
batang kayu atau logam) yang membantu irama. Musik tradisi masyarakat Batak
disebut sebagai gondang. Ada tiga arti untuk kata “gondang”: 1. Satu jenis
musik tradisi Batak; 2. Komposisi yang ditemukan dalam jenis musik tsb.
(misalnya komposisi berjudul Gondang Mula-mula, Gondang Haroharo dsb; dan 3.
Alat musik “kendang”. Ada 2 ansambel musik gondang, yaitu Gondang Sabangunan
yang biasanya dimainkan diluar rumah dihalaman rumah; dan gondang Hasapi yang
biasanya dimainkan dalam rumah.
Gondang Sabangunan terdiri dari sarune bolon (sejenis alat tiup-“obo”), taganing (perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci punya peran melodis dengan sarune tsb), gordang (sebuah kendang besar yang menonjolkan irama ritme), empat gong yang disebut ogung dan hesek sebuah alat perkusi (biasanya sebuah botol yang dipukul dengan batang kayu atau logam) yang membantu irama.
Gondang Sabangunan terdiri dari sarune bolon (sejenis alat tiup-“obo”), taganing (perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci punya peran melodis dengan sarune tsb), gordang (sebuah kendang besar yang menonjolkan irama ritme), empat gong yang disebut ogung dan hesek sebuah alat perkusi (biasanya sebuah botol yang dipukul dengan batang kayu atau logam) yang membantu irama.
F.
Agama
Istilah Parmalim
merujuk kepada penganut agama Malim.
Agama Malim yang dalam bahasa
Batak disebut Ugamo Malim adalah bentuk moderen agama
asli suku Batak.
Agama asli Batak tidak memiliki nama sendiri, tetapi pada penghujung abad
kesembilan belas muncul sebuah gerakan anti kolonial. Pemimpin utama mereka
adalah Guru Somalaing Pardede. Agama Malim pada hakikatnya merupakan agama asli
Batak, namun terdapat pengaruh agama Kristen, terutama Katolik,
dan juga pengaruh agama Islam.
Agama ini tidak mengenal Surga atau
sejenisnya,sepeti agama umumnya, selain Debata Mula jadi Na Bolon (Tuhan YME)
dan Arwah-arwah leluhur, belum ada ajaran yang pasti reward atau punisnhment
atas perbuatan baik atau jahat, selain mendapat berkat atau dikutuk menjadi
miskin dan tidak punya turunan. Tujuan upacara agama ini memohon berkat
Sumangot dari Debata Mula jadi Na bolon (Tuhan YME), dari Arwah-arwah leluhur,
juga dari Tokoh-tokoh adat atau kerabat-kerabat adat yang dihormati, seperti
Kaum Hula-hula (dari sesamanya). Agama ini lebih condong ke paham Animisme.
Agama ini bersifat tertutup, masih hanya untuk suku Batak, karena upacara
ritualnya memakai bahasa Batak, dan setiap orang harus punya marga, tidak beda
dengan agama-agama suku-suku animisme dibelahan bumi lainnya, sifatnya tidak
universal.
Tuhan dalam kepercayaan Malim
adalah "Debata Mula Jadi Na Bolon" (Tuhan YME) sebagai pencipta
manusia, langit, bumi dan segala isi alam semesta yang disembah oleh "Umat
Ugamo Malim" ("Parmalim").
G.
Lokasi
Suku bangsa Batak dari Pulau Sumatra
Utara. Daerah asal kediaman orang Batak dikenal dengan Daratan Tinggi Karo,
Kangkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Toba, Mandailing dan
Tapanuli Tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah
Sumatra Utara dan terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau Toba yang
menjadi orang Batak. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami
wilayah beberapa Kabupaten atau bagaian dari wilayah Sumatra Utara. Yaitu
Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara, dan Asahan.



.png)